Langsung ke konten utama

MERAJUT ACARA PERPISAHAN YANG BERMAKNA


Acara perpisahan sudah menjadi salah satu budaya di sekolah. Mulai dari jenjang Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA), sekolah di negeri ini selalu mengadakan acara perpisahan. Jika kita amati, sebagian besar sekolah tersebut, mengisi acara perpisahan untuk siswanya dengan hiasan panggung yang gemerlap, menyewa gedung yang mahal, atau dengan istilah yang modern yaitu Gathering Together dan sebagainya. Setelah itu, penampilan siswapun diadakan, dan mereka yang memiliki bakat dalam menyanyi, menari maupun pidato semua bisa tampil di ajang tersebut. Bahkan, sebagian besar siswa-siswa di SMA dan SMP tersebut kadang  merayakan hari perpisahannya dengan corat-coret baju, berkonvoi ria di jalan raya, yang mengakibatkan para pengendara sangat terganggu dengan ulah mereka.

Demikianlah fenomena yang sering kita jumpai. Apakah dengan acara perpisahan tersebut sebagai wujud rasa syukur mereka, karena telah berhasil menyelesaikan berbagai ujian di sekolah, sehingga kegembiraan mereka belum mencerminkan generasi yang berakhlakakul karimah. Dimana sebenarnya peran sekolah, sebagai pendidik generasi muda, membentengi anak-anak kita dari perbuatan yang kurang terpuji tersebut. Bahkan, tingkah laku yang mereka perlihatkan, belum menggambarkan kualitas akhlak anak muda yang berbudi pekerti. Sungguh sangat disayangkan, bila hal ini dibiarkan berlarut-larut. Generasi muda akan kehilangan kontrol, jika tidak segera kita arahkah dan dibenahi dengan baik.

Setelah puas merayakan perpisahannya, adakah mereka menemukan makna dari kegiatan tersebut? Apakah siswa merasakan indahnya kenangan ketika mereka melalui kegiatan tersebut di sekolah. Apakah hal itu memberi kesan mendalam bagi mereka? Apa  manfaatnya bagi kehidupan nyata mereka? Tidak ada. Justru hal itu tersebut membawa kerugian bagi orang lain maupun lingkungan sekitarnya, bahkan bagi dirinya sendiri. Banyak masyarakat yang terganggu dengan aksi mereka, bahkan merasa tidak nyaman dengan kelakuan anak-anak muda yang seperti itu. 

Namun, beberapa hal negatif yang dilakukan siswa di sekolah dalam mengekspresikan rasa syukurnya melalui acara perpisahan, tidak sedikit pula kita jumpai siswa-siswa maupun sekolah yang memiliki ide kreatif dalam menyikapi hal itu. Siswa di sekolah tersebut ada yang mempunyai ide dan inovasi yang luarbiasa dalam menyambut dan mengadakan acara perpisahan di sekolah. Seperti yang dilakukan oleh salah satu SMP swasta di Jakarta. Mereka merancang konsep acara perpisahan yang berbeda dengan acara perpisahan sekolah lain. Seluruh kepanitiaan OSIS diperdayakan untuk membuat agenda acaranya. Diantara ide mereka yang cemerlang adalah, menghimbau dan menghimpun seluruh warga sekolah untuk saling maaf memaafkan. Siswa kelas IX yang akan pergi melanjutkan sekolah ke tingkatan yang lebih tinggi, harus terlebih dahulu menyalami guru-gurunya, kemudian turut juga menyalami seluruh adik kelasnya. Setelah acara maaf memaafkan selesai, pengumpulan barang-barang bekas, pakaian bekas dan sumbangan diadakan untuk disumbangkan kepada anak-anak yatim piatu dan anak-anak jalanan. Seluruh kepanitiaan adalah siswa yang akan menyelesaikan studinya yaitu kelas IX. Sebuah acara yang sangat positif sekali, memberikan contoh tauladan yang baik kepada adik-adik kelas mereka.

Guru-guru di sekolah menyaksikan kegiatan tersebut dengan penuh haru. Karena acara perpisahan yang mereka adakan tidak perlu memungut biaya dari pihak manapun. Justru merekalah yang dengan aktif dan sukarela menyumbangkan tenaga dan sebahagian rezkinya yang diserahkan kepada orang-orang yang membutuhkan di sekitar mereka.

Perbedaan konsep terdapat di sebuah sekolah di Eropa, mereka mengadakan acara perpisahan yang unik dan menarik. Karena sekolah tersebut meminta siswanya untuk menulis di lembaran kertas putih. Isi tulisannya adalah mengenai cita-cita mereka 5 tahun ke depan, hingga 10 tahun mendatang. Kertas putih yang telah ditulisi tersebut kemudian disimpan dalam kotak besi mungil, dan dikuburkan di lahan khusus area dekat sekolah. Di atasnya diberi tanda nama-nama siswa angkatan tersebut beserta foto profil mereka. Jika 5 hingga 10 tahun berlalu, siswa yang berkesempatan kembali ke sekolah lamanya bisa melihat kembali tulisan mereka dalam kotak besi tersebut. 
Ada yang berhasil meraih cita-citanya seperti yang mereka tuliskan dahulu, ada pula menjadi seseorang yang berbeda dari apa yang pernah mereka pikirkan. Sebuah acara perpisahan yang unik namun merangsang siswa untuk memiliki target masa depan, agar cita-cita yang mereka impikan senantiasa terpatri dalam pikiran, Sehingga mereka mudah menentukan arah dan tujuannya kelak ketika dewasa.

Lain lagi yang dilakukan oleh sebuah sekolah tingkat menengah atas di Kota Padang Sumatra Barat. Siswa-siswa yang berada di tahun terakhir, diberikan penugasan proyek untuk membuat taman mungil di lahan kosong di sekitar lingkungan sekolah mereka. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok, setiap kelompok diminta untuk menyiapkan berbagai peralatan yang diperlukan untuk membuat taman mungil. Ketika semua siswa bekerja dengan hasil kreativitasnya, taman-taman mungilpun menghiasi halaman sekolah mereka dengan sangat indah. Sebuah kegiatan yang sangat positif untuk membentuk generasi yang cinta lingkungan. Dan manfaat dari kegiatan ini bisa dinikmati banyak orang. Siapapun yang berkunjung ke sekolah, nama-nama mereka masih terpatri indah di batu-batu taman hasil kreatifitas tangan mereka. Sebuah acara yang sarat dengan makna. Kelak jika mereka dewasa, manfaat dari hasil karya mereka masih bisa mereka lihat dan nikmati jika suatu hari nanti mereka berkunjung ke sekolah tersebut.
Bahkan, baru-baru ini, Sekolah Menengah Atas di Jokjakarta, mengadakan acara perpisahan dengan cara membagikan nasi bungkus untuk warga di sektar lingkungan sekolah. Sebagai bentuk wujud syukur, Siswa SMA Negeri 3 ini merayakan kelulusannya dengan berbagi nasi bungkus tersebut. Tradisi ini sudah berjalan selama bertahun-tahun. Tanpa Konvoi dan tanpa corat-coret. ‪ Sebuah kegiatan positif yang patut dicontoh dan ditiru oleh generasi muda bangsa ini.







Tentu saja, acara perpisahan di tahun terakhir siswa berada di sekolah memiliki banyak ragam dan jenisnya. Tinggal bagaimana kita memilih konsep tema perpisahan yang penuh makna agar dapat memberikan manfaat bagi orang lain dan lingkungan sekitar.  Jika kita mau berpikir lebih sederhana dan konkret, acara perpisahan tidak perlu memungut biaya, diisi dengan pesta pora, penyewaan gedung yang mahal atau diisi dengan tampilan-tampilan yang justru manfaatnya kurang dirasakan oleh siswa ketika mereka kembali ke dunia nyatanya. Namun acara perpisahan yang sederhana dan bersahaja, yang memiliki segudang manfaat bagi banyak orang, serta kepedulian terhadap  lingkungan dan alam adalah sebuah acara yang paling bermakna bagi siswa. Mari bekali diri siswa-siswa kita dengan penanaman kebiasaan berakhlak mulia, pengembangan keterampilan hidup. Pengembangan keterampilan yang dapat mengasah motorik halusnya, keterampilan-keterampilan yang membuat mereka menjadi orang yang terampil, peduli dan cerdas dalam menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan. Karena, dengan bekal budi pekerti yang baik dan keterampilan hidup itu justru akan mengantarkan mereka menjadi insan yang bermartabat dan berguna bagi agama, bangsa dan negaranya.

Membangun karakter siswa juga dapat kita rajut melalui acara perpisahan yang bermakna dan mulia. Budaya sekolah yang membangun karakter siswa yang baik justru akan melahirkan ilmuwan-ilmuwan besar di zamannya. Semoga peserta didik kita terbiasa mewujudkan rasa syukurnya melalui acara perpisahan yang memiliki manfaat bagi dirinya, orang lain, maupun lingkungan sekitarnya, sehingga kegiatan tersebut memberi kesan yang mendalam bagi kehidupan mereka. Caranya yaitu dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang memiliki nilai positif di sekolah.


Penulis : Delta Nia, S.Pd, M.Pd
Guru di YKPI Al Ittihad Rumbai-Pekanbaru-Riau

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Artikel Pendidikan

KURIKULUM 2013 MENDORONG GURU UNTUK KREATIF DALAM MENGHIAS KELAS Oleh: Delta Nia Guru Kelas  di SDIT Al Ittihad Rumbai             Kelas yang indah dan nyaman adalah idaman bagi setiap guru dan siswa. Bahkan orangtua maupun wali muridpun tentu akan senang dan bahagia jika anak-anaknya berada di kelas yang nyaman, bersih dan indah. Kelas yang indah dan bersih tentulah sangat dibutuhkan, apalagi bagi guru-guru kelas yang terlibat di dalamnya. Kadangkala, sebuah kelas yang nyaman, tidak terlepas pengaruhnya dari campur tangan guru kelasnya. Guru kelas yang kreatif dan inovatif senantiasa berusaha mencari solusi apa saja, dan bagaimana caranya supaya dapat menciptakan sebuah kelas yang nyaman, yang tentu saja disukai oleh siswa-siswanya.             Munculnya kurikulum baru yaitu Kurikulum 2013, telah mendorong para guru untuk mulai memikirkan cara pengaplikasiannya dan penerapannya di kelas. Kurikulum ini menempatkan hasil karya siswa sebagai salah satu komponen yang h

KPI SEKOLAH

Apakah itu KPI? Dalam sebuah lembaga pendidikan atau sekolah di Indonesia, barangkali KPI adalah sebuah istilah yang belum begitu popular. KPI adalah Key Performance Index , yaitu sebuah sistim yang sistematik untuk mencapai tujuan atau prestasi yang terukur yang bertujuan melihat kinerja seseorang atau organisasi dalam mencapai tujuan yang sudah ditentukan. Bagi sebuah sekolah atau lembaga pendidikan KPI menjadi ukuran untuk menentukan hasil dan tujuan dalam mencapai visi dan misi sekolah. Langkah sistematik dalam sebuah KPI dimulai pertama-tama dengan mereview kembali masalah yang terjadi melihat dari data-data. Selanjutnya mencari dan menetapkan masalah berdasarkan prioritas. Menganalisa masing-masing masalah dengan RCA (root cause analize) menggunakan 5W atau why-why analisis. Setelah masalah ditemukan baru kita dapat menentukan cara penyelesaiannya. Selanjutnya dilaksanakan dengan hasil berupa target dan tujuan yang dapat diukur. Tujuan dari KPI bagi sekolah atau lem
  GHANIYAH SAHABATKU Oleh: Delta Nia Bulan Ramadan telah tiba. Rianda, siswa kelas 5 Sekolah Dasar Al-Ittihad mengamati kalender yang ada di hadapannya. “Subhannallah, nggak terasa, udah masuk bulan Ramadan ya,” gumannya dalam hati. Hampir 2 bulan, Rianda dan teman-teman tidak bersekolah. Wabah penyakit yang bernama Covid-19 memaksa mereka untuk tetap berada di rumah, tujuannya untuk mengurangi penularan penyakit ini. Kabarnya sesuai himbauan WHO dan pemerintah Indonesia  Awalnya Rianda tidak mengerti, karena terakhir sekolah, Bapak kepala sekolah mengumpulkan anak-anak di lapangan, dan membacakan surat pengumuman dari Kepala Diknas Kota Pekanbaru. Isi pengumuman tentang libur sekolah, ada musibah global, yaitu penyebaran virus saluran pernapasan yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Beberapa teman Rianda menyambutnya dengan suka cita. Namun hati kecilnya berontak, karena mendadak sekali. Sebenarnya Rianda suka bersekolah. Ia bisa bermain dan bersenda gurau bersama teman-