Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2015

PEMBELAJARAN HOLISTIK YANG MENYENANGKAN

Seringkali kita melihat bahwa sistem pendidikan di Indonesia sebetulnya hanya menyiapkan para siswa untuk masuk ke jenjang perguruan tinggi atau hanya untuk mereka yang memang mempunyai bakat pada potensi akademik saja. Hal ini terlihat dari bobot mata pelajaran yang diarahkan kepada pengembangan dimensi akademik siswa melalui kemampuan logika-matematika dan abstraksi (kemampuan bahasa, menghafal, abstraksi atau ukuran IQ).             Padahal ada banyak potensi lainnya yang perlu dikembangkan, karena berdasarkan teori Howard Gardner, tentang kecerdasan majemuk, potensi akademik hanyalah sebagian saja dari potensi-potensi lainnya. Teori ini juga memberikan pandangan baru dalam dunia pendidikan secara global. Siswa dipandang berdasarkan kepada potensi yang dimilikinya. Bagaimana suatu s i stem pendidikan lebih terfokus kepada potensi yang dimiliki oleh masing-masing individu. Hukum alam selalu menunjukkan bahwa di mana pun manusia di muka bumi ini, yang memiliki IQ di atas an

BERSAMA MEMBANGUN KARAKTER JUJUR MELALUI KARTU CERDAS

“Hendaklah kalian berlaku jujur, karena kejujuran itu menunjukkan kepada kebaikan dan kebaikan menunjukkan kepada jalan menuju syurga”. (HR Bukhari).  Kejujuran adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh setiap individu manusia. Kejujuran adalah modal dasar menuju kebaikan, baik di dunia maupun akhirat. Kejujuran juga adalah syarat mutlak yang dimiliki oleh seorang Nabi maupun Rasul Allah. Allah SWT mengutus Baginda Rasul  Muhammad SAW memiliki sosok tauladan yang selalu dikenang sepanjang masa, yaitu tauladan akan sifat kejujuran beliau, sehingga beliau diberi gelar “Al Amin” yaitu orang yang dapat dipercaya. Islam juga menjunjung tinggi kejujuran. Dalam Islam, jujur menjadi syarat mutlak seorang Nabi dan Rasul. Orang yang berlaku jujur dalam Al Qur’an akan disandingkan dengan para Nabi, orang-orang yang mati syahid dan orang yang sholeh. Berkenaan dengan karakter, P endidikan yang melibatkan karakter di Negara Indonesia pada umumnya lebih banyak bersifat “knowing” saja, tanp