Hari Jumat,
tanggal 31 Oktober 2014, siswa-siswi kelas 4C Sekolah Dasar Islam Terpadu Al
Ittihad Rumbai melakukan kegiatan membuat kreasi map dari bahan bekas yang di
daur ulang. Kegiatan ini berkenaan dengan pembelajaran yang ada pada kurikulum
2013 kelas 4 tepatnya Tema 4 Subtema 2 pembelajaran 3. Kegiatan ini selayaknya
dilakukan pada hari Rabu yang lalu, namun karena kegiatan di sekolah diisi
dengan peringatan 1 Muharram, maka pembelajaran pada hari pertama ditunda, dan
akhirnya dilakukan pada hari Selasanya.
Untuk menghemat
dan memanfaatkan waktu pembelajaran yang masih tersisa, maka penulis yang
kebetulan bertugas sebagai Guru Kelas
di kelas 4C tahun ajaran 2014 ini memutuskan untuk memadatkan pembelajaran
yaitu dengan melaksanakan
pembelajaran melalui penelusuran
poin-poin inti pada kompetensi dasar
mana saja yang penting yang bisa langsung diterapkan dan diberikan kepada siswa.
Anak-anak
kelihatan sangat antusias dalam melakukan kegiatan membuat map ini, karena
begitu padatnya bahan atau materi pembelajaran, membuat siswa agak sedikit
longgar dan lega dengan melakukan kegiatan berkreasi membuat map sebagai tempat
hasil lembaran kerja mereka nantinya.
Dari kegiatan ini terlihat
dengan jelas bahwa anak-anak SD kelas 4 terutama yang berada pada jenjang
sekolah dasar, dewasa ini masih belum memiliki ketrampilan yang sangat baik
dalam membuat sebuah hasil karya. Hanya beberapa siswa saja yang mampu
menyelesaikan kreasi mapnnya sampai tuntas dan selesai, dan tentu saja tanpa
bantuan dari gurunya.
Sementara itu disisi lain
masih ada beberapa anak yang merasa
kewalahan, dan kurang memiliki ide untuk bisa memecahkan masalahnya sendiri,
hal ini bisa dilihat dari begitu banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang terlontar
dari siswa untuk meminta bantuan dari guru atau teman-temannya. Padahal
petunjuk serta langkah kerja sudah sangat jelas diberikan kepada mereka.
Dari beberapa hal serta tantangan yang sering ditemui siswa dalam
berkreasi adalah kurangnya inisiatif siswa untuk bisa menyelesaikan pekerjaannya
sendiri secara mandiri. Kepedulian terhadap kerapian susunan alat-alat kerjanya
pun masih jarang terlihat. Hal ini seakan menunjukkan bahwa ketrampilan siswa
selama ini memang kurang terasah dengan baik.
Jika ditelaah lebih lanjut, munculnya masalah ini bisa saja selama
ini anak-anak hanya sering dibebani oleh tugas-tugas yang sifatnya hanya
mengembangkan segi kognitifnya saja yaitu dengan begitu banyaknya materi yang
harus dikuasai oleh siswa, sementara pola pembelajaran yang mengedepankan kemampuan
untuk mengasah ketrampilan masih sangat sedikit dan membutuhkan waktu yang agak
lama.
Dengan bergantinya kurikulum KTSP menuju kurikulum 2013,
kegiatan-kegiatan yang melibatkan ketrampilan-ketrampilan siswa mulai tampak walaupun belum optimal.
Paling tidak usaha pemerintah untuk mencerdaskan anak bangsa patut dihargai dan
dilaksanakan dengan baik, sejauh kurikulum ini masih dipandang positif oleh
pelaku pendidikan.
Barangkali ada banyak faktor lain yang mempengaruhi kecerdasan dan kemampuan
ketrampilan para peserta didik tersebut, selain pengaruh penerapan kurikulum,
kemampuan sumber daya manusia yang ada di sekolah, lingkungan keluarga, masyarakat dan sosial
tempat siswa berbaur juga sangat menentukan dalam pembentukan karakter siswa
yang terampil.
Syukur Alhamdulillah, selang beberapa
jam kemudian, barulah mulai banyak siswa yang mampu menyelesaikan pekerjaannya
dengan mandiri tanpa dibantu oleh gurunya.
Kreasi siswapun selesai dengan sempurna, walaupun masih ada 2-3
orang siswa yang memang belum mampu menyelesaikannya. Mudah-mudahan dengan
banyaknya kegiatan yang melibatkan
ketrampilan siswa dalam pembelajaran di kurikulum 2013, setidaknya mampu mengoptimalisasi dan
mengasah ketrampilan siswa, memotivasi diri siswa untuk bisa lebih terampil dalam
mengerjakan tugas-tugas apapun yang melibatkan keahlian atau skill.
Dari pembelajaran ini dapat ditarik kesimpulan bahwa perlu adanya
dorongan maupun dukungan yang kuat dari segala pihak untuk senantiasa membiasakan
anak-anak agar mau mengasah ketrampilan mereka, baik pembiasaan pola asuh dari
rumah maupun keterlibatan aktif dari para orang tua/wali murid, dan lingkungan
tempat mereka tinggal. Dan kepada pihak sekolah maupun para stakeholder lainnya
hendaklah berperan aktif dalam usaha peningkatan mutu pendidikan anak-anak terutama pada jenjang sekolah dasar dan memberikan
perhatian yang tinggi terhadap kualitas pendidikan mereka sehingga kelak mereka
bisa menjadi manusia yang beriman, cerdas, dan
terampil dalam kehidupannya.
Penulis : Delta Nia, S.Pd, M.Pd
Professional Teacher
Komentar
Posting Komentar